Mengingat letak geografis negara di Cincin Api Pasifik, kawasan berbentuk ekor kuda yang menghubungkan lempeng Texonic dan banyak gunung berapi lainnya, masyarakat Indonesia perlu mencari cara untuk bertahan dari bencana alam.
Bank Dunia telah menobatkan Indonesia sebagai negara terpadat di dunia.
Oleh karena itu, pemerintah harus melakukan tindakan pencegahan untuk meminimalisir dampak bencana apapun.
Antara 1 Januari dan 1 Maret tahun ini, Indonesia melaporkan 657 bencana alam yang menewaskan 271 orang, 11 orang hilang, 3.421.871 orang mengungsi dan 12.131 luka-luka, menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (PNPP).
Artinya, terjadi sekitar 10,9 bencana alam per hari selama periode ini, yaitu sembilan per hari pada tahun 2020.
Tahun ini, Indonesia mengalami 304 banjir, 141 angin topan, 130 tanah longsor, 12 gempa bumi, 58 kebakaran hutan, 11 gelombang tinggi atau lecet dan satu kali kekeringan.
Bencana alam tersebut merusak 854 fasilitas pendidikan, 650 tempat ibadah, 182 fasilitas kesehatan, 288 kantor dan 88 jembatan serta 53.287 rumah, 4.816 rusak berat, 5.765 rusak sedang, dan 42.705 rusak ringan.
Jawa Barat (159), Jawa Tengah (110), Jawa Timur (88), Aceh (52), Nusa Tengara Barat (36), Ponton (28), Riao (21), Kalimantan Selatan (16), Kalimantan Barat (15 )). Kalimantan Tengah, Sumatera Barat, dan Sulawesi Utara masing-masing melaporkan 14 bencana.
Bencana besar yang melanda negara pada Januari 2021 adalah longsor pada 9 Januari 2021 di Sumatong, Jawa Barat; Gempa berkekuatan 6,2 skala Richter mengguncang wilayah Sulawesi Barat pada tanggal 15 Januari; Dan, sejak 12 Januari, banjir besar telah terjadi di Kalimantan Selatan.
Hujan deras dan tanah longsor yang tidak stabil telah menewaskan sedikitnya 19 orang di Sumatera, dan menyebabkan 11 orang hilang, 18 luka-luka dan lebih dari seribu penduduk setempat mengungsi. Yang tewas termasuk penyelamat.
Di Sulawesi Barat, sedikitnya 105 orang tewas, ribuan mengungsi serta rumah, infrastruktur, dan fasilitas umum hancur akibat gempa bumi yang melanda Kabupaten Mamuju dan Majene pada 15 Januari 2021.
Pada tahun 2020, total 3.253 bencana alam telah terjadi di negara kepulauan terbesar di dunia, yang mencakup lebih dari 17.000 pulau.
“Setiap hari setidaknya ada sembilan bencana yang meliputi gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, kebakaran hutan dan lahan, banjir bandang, tanah longsor dan angin topan,” kata Presiden BNPP Tony Monardo pada Upacara Pembukaan Nasional Penanggulangan Bencana 2021 pada 3 Maret 2021 di Gedung Istana Negara di Jakarta Rapat Koordinasi tentang ‘.
Berita Terkait: Sembilan bencana sehari telah dilaporkan dalam setahun terakhir: BNPP
Statistik jumlah korban jiwa akibat bencana menunjukkan sekitar 1.183 orang meninggal akibat bencana dalam 10 tahun terakhir.
Pada pertemuan baru-baru ini di Sentul, Jawa Barat, Presiden Joko Widodo (Djokovic) mengimbau semua instansi pemerintah, termasuk TNI, Polri, dan pemerintah daerah, untuk bekerja sama dalam pencegahan, penanggulangan, dan persiapan.
Salah satu langkah untuk membantu mengurangi dampak bencana adalah dengan merencanakan pembangunan berbasis pengurangan risiko bencana, melibatkan tenaga ahli dalam memprediksi potensi bencana, memperkuat sistem peringatan dini, menyusun rencana kontinjensi serta melakukan pendidikan dan pelatihan tentang bencana.
Dalam kata sambutannya pada pertemuan 3 Maret lalu, Presiden menyampaikan bahwa penanganan wabah Kovit-19 memberikan peluang untuk memperkuat regresi terhadap bencana di Indonesia.
“Kita harus menggunakan pengalaman ini sebagai puasa untuk memperkuat kemunduran kita dalam mitigasi bencana apapun,” kata presiden.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Shri Mulyani Indira pernah mengatakan bencana menyebabkan kerugian hingga Rp 28,8 triliun setiap tahun.
Berita Terkait: Mata Indonesia tertuju pada pengurangan bencana susut PDB
Pemerintah bertujuan menurunkan Produk Domestik Bruto (PDB) menjadi 0,10 persen akibat bencana alam, sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Transisi Nasional (RPJMN) 2020-2024.
Untuk mendukung hal tersebut, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhud Pinsar Bondzaiden mengimbau seluruh daerah untuk tetap waspada terhadap bencana alam, termasuk gempa bumi dan tsunami.
“Saya mendesak para gubernur, bupati dan walikota dan wakil pejabat mereka untuk memperhatikan tujuan yang ditetapkan ini. Ini penting,” kata menteri itu.
Pemerintah bertujuan untuk mengurangi informasi peringatan dini bencana dari lima menit pada 2019 menjadi tiga menit pada 2024.
Menteri meminta pemerintah daerah untuk mengatur risiko bencana dan stimulus mitigasi untuk mendukung pencapaian target yang ditetapkan dalam RPJMN negara selama periode 2020-2024.
Kesadaran bencana dan iklim tidak boleh dianggap remeh oleh pemerintah daerah karena pembangunan infrastruktur tidak akan efektif, yaitu tanpa adanya kesadaran dan kesadaran akan potensi bencana, katanya.
Pemerintah daerah juga harus bekerja sama untuk mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan dan menangani bencana alam, katanya.
Sebelumnya, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) mendesak pemerintah memanfaatkan krisis multidimensi yang ditimbulkan oleh Kovit-19, terutama untuk membawa perubahan di bidang lingkungan hidup dan menjadikannya sebagai isu prioritas.
“Beberapa bulan ke depan akan menjadi momentum penting bagi bangsa Indonesia,” kata Managing Director Woolhi Noor Hidayati saat Virtual Launch of Environmental Review 2021 pada 3 Februari 2021.
Ia mencatat, krisis multidimensi tidak hanya terkait dengan masalah kesehatan, sosial dan ekonomi, tetapi juga masalah lingkungan, termasuk perubahan iklim.
Ia mencontohkan, bencana meteorologi air seperti banjir akibat cuaca ekstrem telah melanda banyak wilayah di Indonesia pada awal 2021. Cuaca buruk merupakan dampak serius dari perubahan iklim yang disebabkan oleh peningkatan emisi gas rumah kaca akibat penggunaan bahan bakar fosil. Dan deforestasi, katanya.
Oleh karena itu, situasi saat ini merupakan peluang penting untuk menjadikan sistem yang ada ramah lingkungan dan transformatif, ujarnya.
Khalisa Khalid, koordinator meja politik Wolhi, juga menyoroti pentingnya politik hijau dan mendorong prioritas masalah lingkungan.
Dia mencatat bahwa politik hijau dapat memberikan solusi untuk mempolarisasi masalah lingkungan, mendorong penerapan kebijakan ramah lingkungan, dan mendukung kepentingan publik karena lingkungan memiliki dampak langsung dan tidak langsung terhadap kehidupan manusia.
“Kami berharap kesadaran politik di tingkat individu, yang merupakan kesadaran politik kolektif, dapat menjadikan isu lingkungan menjadi agenda utama,” ujarnya seraya menambahkan bahwa selama ini lingkungan belum dipandang sebagai isu prioritas. (INE)
Berita Terkait: BNPP telah melaporkan 657 bencana alam di Indonesia sejak awal 2021
Berita Terkait: Peluang Memperkuat Epidemi Resesi Bencana: Widodo
Diedit oleh INE