Pekan lalu, Pemerintah Libya yang diakui PBB untuk Kesepakatan Nasional (GNA) mengumumkan kontrol atas Tarhuna, sebuah kota kunci di tenggara ibukota Tripoli, setelah mendorong kembali pasukan timur yang dipimpin oleh jenderal pengkhianat Khalifa Haftar. Kota ini sebelumnya ditempati oleh pasukan Angkatan Darat Nasional Libya (LNA) yang setia terhadap Haftar.
Tidak jelas pada titik ini siapa yang bertanggung jawab atas kuburan massal.
Tarhuna sangat penting bagi pasukan Haftar sebagai rute pasokan dan pangkalan strategis untuk serangan mereka di Tripoli. Kota ini adalah benteng besar terakhir oleh pasukan Haftar di Libya barat.
UNSMIL mengatakan Menteri Kehakiman Libya akan membentuk sebuah komite untuk memeriksa kuburan. “Kami meminta anggotanya untuk segera melakukan pekerjaan yang bertujuan mengamankan kuburan massal, mengidentifikasi para korban, menetapkan penyebab kematian dan mengembalikan mayat ke keluarga terdekat,” tambah pernyataan itu.
Asisten Sekretaris Negara untuk Urusan Timur Dekat, David Schenker, juga menanggapi, menggambarkan laporan tentang kuburan massal di Libya “benar-benar mengganggu.”
Konflik Libya telah berkembang menjadi perang proksi antara kekuatan asing dan pejuang selama setahun terakhir. Sementara GNA yang diakui PBB didukung oleh Turki, pemerintah timur yang berbasis di Benghazi didukung oleh UEA, Mesir, dan Rusia.