JAKARTA – Candi Borobudur memiliki pahatan 2.672 panel relief tentang perjalanan Sang Budha. Patung relief yang panjangnya diperkirakan mencapai 6 kilometer itu berkaitan dengan sejarah di Indonesia.
Di Candi Borobudur terdapat relief Karmawibhangga yang tersembunyi di kaki candi. Hanya empat panel yang bisa dilihat. Lokasinya ada di sisi tenggara candi.
Seluruh relief terdiri dari 160 panel yang sebagian besar dilapisi batu. Relief Karmawibhangga menarik dan misterius di Borobudur karena 156 panelnya ditutupi oleh bebatuan seluas total 13.000 kaki kubik.
“Intinya, relief yang dilapisi bangunan di kaki candi adalah relief Karmawibhangga. Salah jika relief itu dianggap menggambarkan maksiat, kehidupan bebas, atau aborsi. Namun, relief tersebut berisi pelajaran moral tentang hukum. sebab akibat dari perbuatan manusia di jaman Jawa berlatar belakang 8-10 abad Masehi, ”kata petugas Balai Konservasi Borobudur Hari BK, Jumat (26/3/2021).
“Betul, sengaja ditutup karena ada kesalahan pada struktur candi,” ucapnya.
Baca juga: Menguak kisah penderitaan Putri Manohara di relief Candi Borobudur
Ia mengatakan, relief Karmawibhangga berisi ajaran Buddha tentang hukum karma suatu perbuatan. Selain itu juga menceritakan tentang kehidupan masyarakat jaman dahulu.
Baca juga: Borobudur Disiapkan Menjadi Laboratorium Warisan Budaya Bertaraf Internasional
Relief tersebut diketahui ada pada tahun 1885. Orang pertama yang mengetahuinya adalah Williem Ijzerman, seorang arkeolog Belanda. Saat ditemukan, semua relief tertutup batu. Kemudian batunya dibongkar pada tahun 1890-1891.
Setelah dibongkar, ditemukan 160 panel relief Karmawibhangga. Kemudian didokumentasikan oleh Kassian Chephas, seorang fotografer Indonesia. Setelah terdokumentasi, pembebasan ditutup kembali.
Pada masa pemerintahan Jepang, batu-batu yang menutupi relief Karmawibhangga juga dibuka dan dibongkar. Namun 4 panel relief di sisi tenggara tidak ditutup lagi untuk menunjukkan adanya relief di kaki candi.
Relief Karmawibhangga, menimbulkan opini di masyarakat. Relief yang disebut dianggap terlalu vulgar karena menunjukkan beberapa perbuatan manusia yang buruk.
Kemudian karena adanya konstruksi bangunan batu yang menutupi relief berfungsi untuk menopang bangunan candi agar tetap kokoh.
“Memang ada dua hipotesis, pertama karena kesalahan struktur, kedua konsep religi dan relief. Namun lebih kuat terhadap kesalahan struktur, karena ada relief yang belum selesai, kemudian struktur batunya. di beranda candi ditutup, ”katanya.
(fkh)