TEMPO.CO, Bandung – Hujan meteor Quadrantid akan mencapai puncaknya pada 3-4 Januari 2021. Berlangsung dari 28 Desember hingga 12 Januari, kemunculannya di langit dari timur laut berlangsung singkat. Pengamat meteor di Indonesia juga mendapat sedikit.
Menurut Avivah Yamani, aktivis astronomi dari komunitas Langit Selatan di Bandung, puncak hujan meteor Quadrantid akan muncul dari konstelasi Bootes yang naik pada pukul 02:43 WIB di timur laut. “Quadrantid tersebut berasal dari puing-puing Komet Wirtanen saat melewati Bumi tahun 1974,” ujarnya, Jumat, 1 Januari 2021.
Bulan cembung yang terbit pada pukul 21.48 WIB akan menjadi pencemaran cahaya alami dalam perburuan meteor Quadrantid. Selain itu, intensitas maksimum hujan meteor Quadrantid hanya terjadi selama beberapa jam. Saat malam puncak, pengamat akan disuguhi 110 meteor per jam yang bergerak dengan kecepatan 41 kilometer per detik.
Posisi pengamat di belahan bumi selatan seperti di Indonesia tidak akan sebaik pengamat di belahan bumi utara. “Jumlah meteor yang bisa dilihat juga lebih sedikit,” ujarnya.
Mengutip laman Sky South, pada 3 Januari 2021, posisi bumi akan berada di titik terdekat dengan matahari pada jarak 0,98 AU atau 147.100.176 kilometer dari Matahari. Posisi planet dari pengamatan di Bumi akan membentuk beberapa konfigurasi.
Pada 1 Januari, dua planet raksasa Yupiter dan Saturnus akan muncul berpasangan di ufuk barat setelah matahari terbenam, meski tidak se-spektakuler itu. hubungan yang hebat 21 Desember. Para sejoli itu muncul hingga sekitar pukul 19.00 WIB sebelum setting pukul 19.30 WIB.
Baca juga:
Ini adalah Dua Fenomena Astronomi yang Tutup pada 2020 dan Pembukaan 2021
Saat berada di langit senja 10 Januari 2020, Air raksa bergabung. Bersama Yupiter dan Saturnus, mereka membentuk segitiga planet di angkasa pada pukul 18.30 WIB. Bulan sabit tua dan Venus “Bintang Kejora” akan muncul berpasangan pada 12 Januari pukul 05.00 WIB.